
Tradisi Kuliner Chinese jauh melampaui sekadar hidangan lezat. Ia adalah sebuah warisan budaya yang terjalin erat dengan sejarah, filosofi, dan norma sosial yang mendalam. Agar benar-benar dapat menikmati dan menghargai keragaman yang ada, beberapa tradisi kunci dalam budaya makanan Tiongkok patut untuk kita pahami.
1. Mengenal Kanvas Rasa: Delapan Tradisi Besar (Bā Dà Cài Xì)
Keanekaragaman kuliner Tiongkok sama sekali tidak seragam. Sebaliknya, Tiongkok dibagi menjadi setidaknya Delapan Tradisi Masakan Utama (Bā Dà Cài Xì) yang mencerminkan secara langsung perbedaan geografis, iklim, dan sejarah panjang setiap daerah. Menguasai pemahaman dasar mengenai delapan aliran ini adalah langkah awal yang krusial bagi siapa pun yang ingin menjadi penikmat sejati masakan Tiongkok.
- Masakan Kantonis (Yue 粤菜) dikenal karena pendekatan less is more. Rasanya cenderung ringan dan segar, dengan bumbu yang diminimalisir agar rasa alami bahan utama, terutama seafood dan Dim Sum, benar-benar menonjol.
- Kontras total terjadi pada Masakan Sichuan (Chuan 川菜), yang terkenal berkat sensasi pedas dan rasa kebas yang membakar (málà 麻辣), sebuah efek yang diciptakan oleh lada Sichuan dan cabai. Contoh hidangan yang langsung terlintas di benak kita adalah Mapo Tofu dan Kung Pao Chicken.
- Masakan Shandong (Lu 鲁菜) adalah wajah masakan Tiongkok utara. Aliran ini kuat dalam penggunaan kaldu, mahir dalam teknik menumis, dan sangat dikenal akan hidangan lautnya serta penggunaan daun bawang yang melimpah.
- Sementara itu, wilayah timur diwakili oleh Masakan Jiangsu (Su 苏菜) dan Zhejiang (Zhe 浙菜). Kedua aliran ini berfokus pada rasa yang ringan, lembut, dan sedikit manis, menggunakan bahan-bahan segar dari sungai dan danau. Menariknya, Masakan Jiangsu bahkan menempatkan estetika dan presentasi hidangan pada tingkat kepentingan yang sangat tinggi.
Singkatnya, perbedaan tradisi ini menunjukkan betapa dalamnya kuliner Tiongkok dipengaruhi oleh sumber daya lokal dan selera regional.
2. Aturan Meja dan Seni Menggunakan Sumpit (Kuài Zi 筷子)
Di Tiongkok, kegiatan makan bersama, terutama dalam jamuan besar, adalah urusan komunal dan formal yang mementingkan etika meja. Memahami tata krama ini adalah tanda penghormatan.
- Prioritas Senioritas: Selalu bersabar menunggu. Anda harus membiarkan orang yang paling dihormati atau tertua di meja untuk mulai makan atau menawarkan isyarat untuk memulai.
- Tabu Sumpit: Ada satu tabu yang sangat penting: Anda tidak boleh menancapkan sumpit tegak lurus di dalam mangkuk nasi karena gestur ini meniru dupa yang digunakan pada ritual pemakaman. Selain itu, sebagai tanda kesopanan, saat mengambil hidangan dari piring saji, gunakan sumpit saji yang tersedia. Jika tidak ada, gunakan bagian belakang sumpit Anda, dan hindari mengarahkan atau melambaikan sumpit ke wajah orang lain.
- Hierarki Duduk: Dalam acara formal, penataan posisi duduk di meja bundar memiliki hierarki yang kaku, dengan kursi kehormatan biasanya ditempatkan menghadap pintu masuk.
Etika makan di Tiongkok pada dasarnya adalah manifestasi nyata dari kerukunan dan penghormatan. Mengikuti aturan sederhana ini menunjukkan apresiasi yang besar terhadap budaya mereka.
3. Santapan Penuh Harapan: Makanan dengan Makna Simbolis
Banyak makanan Tiongkok diciptakan bukan hanya untuk memanjakan lidah, tetapi juga untuk menyampaikan makna simbolis dan harapan yang mendalam, terutama selama perayaan seperti Tahun Baru Imlek.
- Mi Panjang Umur (Chángshòu Miàn 长寿面): Mi ini sengaja tidak dipotong saat disajikan, dan dimakan saat ulang tahun atau perayaan, karena melambangkan harapan akan umur panjang dan kehidupan yang diberkati.
- Pangsit (Jiǎozi 饺子): Pangsit yang disantap saat Imlek ini memiliki bentuk yang mirip dengan batangan uang kuno (ingot). Oleh karena itu, memakannya melambangkan kemakmuran dan keberuntungan finansial yang melimpah di tahun yang baru.
- Kue Keranjang (Nián Gāo 年糕): Nama kue ketan manis ini terdengar seperti frasa yang berarti “tahun yang lebih tinggi.” Ini melambangkan harapan untuk peningkatan dalam status sosial atau pendapatan di tahun yang akan datang.
- Ikan Utuh (Yú 鱼): Hidangan ikan utuh sering muncul karena kata Yú (ikan) berbunyi sama dengan kata “sisa/lebih” (yú 餘). Menyajikan ikan melambangkan harapan, “Nián nián yǒu yú” (年年有余), yang berarti “Semoga setiap tahun ada sisa/kelebihan [kemakmuran].”
Singkatnya, dalam Tradisi Kuliner Chinese, meja makan seringkali berfungsi sebagai altar harapan, di mana setiap hidangan adalah sebuah simbol harapan baik yang disajikan untuk masa depan.
Nah jadi itullah tadi Tradisi Kuliner Chinese semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan mengenai budaya kuliner chinese
BACA JUGA: Rekomendasi Restorant Chinese di Jakarta Dengan Rasa Otentik






